Sekitar 6 tahun lalu, Dede dan kawan yang lain didalam projek ini memulai workshop di studio selama 2 bulan. Bisa dibilang workshop yang singkat untuk hasil yang mumpuni. Mungkin karena semua pelaku atau salah satu dari mereka sudah tidak aneh untuk membuat musik seperti ini. Teringat Dede adalah seorang gitaris yang pernah bermain di Hark! It’s A Crawling Tar-tar dan Kontrasosial sebelum dia memulai projek lain seperti Ssslothhh dan Trigger Mortis. Bisa ditotalkan secara waktu, yaitu 3 bulan, mereka sudah siap merekam semua instrumen tersebut di Masterplan, salah studio berkualitas tinggi di Bandung yang saat ini sudah tidak ada. Karena satu dan lain hal, sesi vokal baru direkam di Fun House pada tahun 2019 sekaligus mixing dan mastering ditempat yang berbeda.
Melihat Sacred Witch didalam segi referensi dan patokan musik, Dede menjelaskan bahwa pada saat itu mereka sedang mendengarkan band hardcore lintas d-beat dan grind bahkan metal, seperti Nails, APMD, dan Baptist. Dengan tidak lupa untuk mendengarkan leluhur-leluhur d-beat atau mungkin lebih pantas disebut Swedish Hardcore seperti Avskum hingga Anti-Cimex.
Hampir menjadi mitos didalam skena HC/Punk Bandung, Sacred Witch akhirnya kembali diinisiasi setelah dilanda krisis kebingungan dikarenakan satu-persatu personil yang awalnya bergabung, pada akhirnya meninggalkan Sacred Witch. Berakhir dengan keluarnya Dinar, Miko masuk untuk mengisi vokal dan sebagai pengganti Agan. Saat ini, Sacred Witch berisikan Dede, Miko, dan Garry. Kabarnya mereka sedang mencari drummer untuk mengganti posisi Dinar.
Jika membahas perlintasan musik atau band baru yang beredar di Bandung setiap tahunnya, kami rasa selalu ada band baru yang mengusung basic d-beat. Entah kenapa, basic musik seperti ini selalu melahirkan pelaku-pelaku baru yang muncul tiap tahunnya. Seperti Konstigt, Maio, sampai Domesticrust. Sacred Witch adalah salah satu dari mereka, yang nyaris menjadi mitos dan akhirnya debut EP mereka terealisasikan berkat niat dan passion yang masih kuat dipertahankan.