Datang dari daratan Palembang; dibentuk pada penghujung tahun 2016 lalu, KANDALA adalah darah baru dalam hingar bingar skena musik keras nasional. Melebur riff riff klasik Anti Cimex, Dismember, Nihilist, Dissection, Slayer, Sodom dan Bolt Thrower yang dituang kedalam tungku hitam perapian, membentuk senyawa kotor lalu ditempa dengan kasar sebagai bahan bakar musikalitas.
Perlu diketahui, KANDALA sendiri merupakan interpretasi dari bahasa indonesia yaitu Candala. Yang berarti: rendah, hina, nista. lalu kami representasikan menjadi Kandala, agar aksennya terdengar lebih tegas ketika diucapkan.
Dari sejak awal berdirinya unit kasar yang dimotori oleh gitaris Sarkasdamus ini, masing masing personil memaknai Kandala sebagai medium eksplorasi kenakalan, serta sebuah bentuk refleksi hasrat bermusik yang sempat stagnan di band terdahulu.
Salah satu momen paling berharga sekaligus krusial ada didalam proses penggarapan album “Majal” ini. Rekaman dimulai dari bulan September sampai Desember 2018 di Blacksheep Studio. tanpa jeda langsung dilanjutkan ke tahap proses mixing & mastering di AD Studio, semuanya berada di Palembang. hingga pada akhirnya, waktu tahap produksi album hampir selesai, drummer Rizki ‘Blastbeats’ Apriananda (1995 – 2019) meninggalkan kami dan dunia untuk selamanya. Sebuah kenyataan yang sangat sulit untuk diterima begitu saja, terutama untuk semua yang ditinggalkan, dalam benak tersirat masih menyimpan tanda tanya besar hingga hari ini.
Hari ini 20 April 2019 bertepatan dengan perayaan Record Store Day 2019, KANDALA resmi merilis album debut berjudul “Majal” dalam format CD (digipack) dibawah naungan Disaster Records. Berisikan sejumlah lagu menggunakan bahasa Indonesia yang sederhana, mengangkat tema lirik tidak terlalu muluk: seputar realitas keseharian, kritik-sosial-politik yang dirasa bersinggungan langsung dengan kehidupan kita. Seperti lagu “Kota Kita Kota Neraka” merupakan sebuah ode untuk segudang permasalahan serta ketimpangan sosial yang tengah dan sedang dihadapi oleh banyak kota di indonesia. Salah satunya Palembang tempat dimana band ini berasal. Seperti dijelaskan oleh Sarkasdamus, “Majal” sepakat dipilih sebagai judul album karena sangat mewakili citra Kandala secara esensi sebagai sebuah band. Di dalam sub-bahasa masyarakat Palembang, “Majal” adalah kata yang memiliki konotasi negatif.”
Momentum inilah yang menjadi materi pembelajaran hidup sekaligus sebuah catatan kelam mentalitas perjalanan Kandala sebagai sebuah band. Berikutnya kami anggap hal ini begitu sakral, karena digurat dengan tinta hitam bahagia dan linangan air mata.
Selamat Menikmati. Mari Rayakan, Majal!
Tracklist:
- Mantra Tantra Kandala
- Bahan Bakar Kebencian
- Ambigu
- Tentang Perang
- Viva Pedestrian
- Majal
- Kota Kita Kota Neraka
- Takluk
- Kultur Demonik Sistem (Instrumental)