The Rhythm of Life digarap di suatu padepokan kesenian di kota Bogor, yaitu Padepokan Seni Mahagenta. Memakan waktu selama 5 bulan untuk mematangkan 5 nomor di debut EP ini. Mencampurkan instrumen lokal seperti kecapi dari adat Sunda, suling gambuh dari Bali, dan kacapi kajang dari Sulawesi. Jarangnya, semua instrumen dipadupadankan dengan pola ritme yang diproses melalui modular synthesizer dan dicampur dengan beat heavy metal, growl vocal ala Sepultura hingga gumaman tradisional.
Secara tidak langsung, mereka menyerap referensi-referensi yang mereka dengarkan dan itu semua di implementasikan menjadi materi Ethnoism. Karena mereka tidak mematok genre yang dimainkan, oleh karena itu, eksplorasilah yang menjadi landasan mereka dalam berkarya. Beberapa tokoh legendaris dari psychedelic sampai punk rock mereka jadikan referensi. Kedua personil masih aktif di projek nya masing-masing. Ketika Satria banyak belajar instrumen tradisional, Bayu pun aktif di band bernama Roots yang mencampurkan metal dan raggae, such a plot twist to dive in.
Ethnoism terbentuk pada pertengahan 2020 tepatnya di Padepokan Seni Mahagenta tepatnya di kota Bogor. Berawal dari seorang pemuda yang bernama Satria yang sedang mendalami berbagai instrumen musik tradisional di sanggar musik tersebut. Ethnoism awalnya merupakan proyek solo musik experimental dengan unsur elektronik dan etnik instrumental. Menyatukan unsur musik dengan bunyi bunyian etnik tradisional Indonesia dengan melebur unsur modern bernuansa elektronik, noise hingga heavy metal.
Ethnoism menemukan partner baru bernama Bayu, seorang vokalis yang banyak mendalami olah vokal tradisi dan modern. Sebagai kelompok musik yang hidup dan berkembang di masa kini dimana nilai-nilai budaya yang bersifat tradisional nyaris tersingkir,
Ethnoism berupaya untuk tetap menjadikan seni tradisi Indonesia berperan untuk memvisualisasikan keadaan sesungguhnya dengan unsur seni media baru dan eksplorasi seni yg kekinian. Ethnoism akan selalu menyuarakan aspirasi dengan isu-isu sosial, politik dan budaya dengan bentuk seni suara yang berdasarkan pemikiran.