Sudah bukan rahasia umum bagi musisi, merilis karya di masa pandemi adalah sebuah keharusan. Sebagai suatu tanda keeksisan demi memanaskan jiwa kesenian dalam diri mereka. Seperti yang dilakukan trio Perunggu yang digawangi Adam Adenan (bass, kibor, piano, vokal latar), Ildo Hasman (dram, vokal latar) dan Maul Ibrahim (gitar, vokal utama) pada Jumat (11/3/2022) ini, melempar debut album penuh mereka berjudul Memorandum yang merupakan kepanjangan dari memo, atau pengingat.
Makna album ini berfungsi sebagai catatan. Secara garis besar berkaitan dengan irisan hidup para personel ketika menginjak fase usia paruh baya bersama segala macam dinamika dan problematikanya.
Semua itu tampak jelas tergambar dalam sebelas nomor yang disajikan: Tarung Bebas (tentang kejadian baku hantam secara harfiah), Canggih! (tentang kecintaan mereka terhadap musik), Pastikan Riuh Akhiri Malammu (tentang makna jatuh cinta seorang bapak yang baru dikaruniai anak), Membelah Belantara (tentang kritik sistem politik domestik), Haru Paling Biru (tentang kesedihan yang mendalam), Ini Abadi (tentang kisah percintaan hubungan jarak jauh), Biang Lara (tentang kejujuran atas perasaan kecewa), Per Hari Ini (tentang semangat kerja anak kantoran), Kalibata, 2012 (tentang kematian orang terdekat), Prematur (tentang makna sebuah keinginan), dan 33x (tentang pengingat atas diri sediri).
Corak musik rock apik gubahan Perunggu sanggup mendorong semangat kita untuk tegar menjalani hari demi hari kehidupan. Ditambah lirik lagu yang bercerita dalam bahasa Indonesia memastikan para pendengar tak perlu mengernyitkan dahi untuk memahami maksud dan pesan yang disampaikan.
Ide album ini bermula pada Februari 2020 sewaktu Adam Adenan tengah menempuh studi di Inggris dan proses kreatif terjadi lewat pengiriman demo mentah via surel. Tak lama berselang pandemi Covid-19 menghantam. Surutnya aktivitas membuat energi mencipta karya tidak terbendung, walhasil total 18 lagu berhasil tertulis selama masa itu.
Agar materi mentah mampu digarap secara rapi serta elegan, anak-anak Perunggu menggamit Giovanni Rahmadeva, penabuh dram unit indie rock Polka Wars yang telah ‘menemani’ Perunggu sejak pengerjaan EP Pendar (2020) sebagai produser album ini. Di tangan beliau sejumlah lagu dieliminasi dalam upaya mencapai kematangan sebuah karya penuh sehingga tidak ada satu pun formula aransemen yang redundan di setiap lagunya.
Beberapa musisi tamu juga dihadirkan di sini. Dennis Ferdinand diajak sebagai co-producer. Lalu tiga gitaris Bima Errawan, Wiku Anindito, dan Lafa Pratomo yang membuat kedalaman Memorandum terdengar layaknya pesta sonik enam senar. Ada juga hara, penyanyi perempuan yang syahdu bersenandung untuk lagu Prematur.
Dengan pengerjaan yang cukup panjang, memperlihatkan kesungguhan Perunggu dalam memeluk kecintaan mereka terhadap musik. Dan persembahan Memorandum inilah pembuktian terbaik untuk dibingkai sebagai sebuah tonggak.
“Musik adalah hal yang sama sekali tidak mungkin kami tinggalkan. Ini album yang dikerjakan dengan serius. Meskipun waktu dan biaya yang dikeluarkan cukup besar, lucunya kami tidak merasa rugi. Karena kami cinta mati sama musik, dan mengerjakan album ini membuat kami senang menjalani segala macam pengorbanannya,” pungkas Maul Ibrahim.
<
\